Sabtu, 20 Mei 2017

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 14 Mei 2017 (Bgn 1)


Di dalam Ajaran Buddha tidak ada kepercayaan takhayul, Buddha, Bodhisattva, Arahat bukanlah Dewa, tidak ada sangkut paut-nya dengan Dewa. Kita mesti jelas akan hal ini, barulah takkan salah langkah. Orang yang salah jalan itu banyak sekali, ada pula yang sudah belasan tahun atau 20 sekian tahun mengikutiku, ada yang bilang padaku, sekarang dia sudah memeluk Aliran Tao, sudah berganti keyakinannya. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Di dalam Buddha Dharma, ini disebut sebagai tidak punya akar kebajikan. Maka itu akar kebajikan itu mesti dihargai sebaik-baiknya, kebajikan itu harus punya akar, barulah takkan goyah; kalau tidak punya akar kebajikan, meskipun sudah belajar belasan tahun, 20 sekian tahun, tetapi belajarnya cuma ecek-ecek saja, bukan benar-benar belajarnya, tidak tercerahkan, belum melepaskan ketenaran dan keuntungan, tidak sanggup menahan daya pikat lingkungan luar.

Harta kekayaan, rupa, ketenaran, makanan dan tidur, Buddha menyebutnya sebagai lima akar Neraka, hal ini bukanlah semu. Apa yang dimaksud dengan melatih diri? Melatih diri adalah mengajarimu mengenali dengan jelas terhadap lingkungan luar. Ketika 6 indria (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, pikiran) melakukan kontak dengan 6 objek (rupa, suara, bau-bauan, rasa, sentuhan dan bentuk-bentuk pikiran), ketika mata melihat rupa, telinga mendengar suara, hidung mencium bau-bauan, lidah mengecap rasa, 6 indria melakukan kontak dengan 6 objek, semua ini disadari dan dimengerti dengan jelas namun takkan ditaruh di hati, ini disebut sebagai kebijaksanaan.      

Buddha membabarkan bahwa bukan saja 6 objek yang semu, bahkan 6 indria juga semu, bukan nyata adanya, maka itu mengajari kita supaya melepaskan kemelekatan. Dengan melepaskan kemelekatan, barulah hati sejati akan muncul ke permukaan, setelah khayalan dilenyapkan, barulah yang sejati akan muncul.

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 14 Mei 2017

佛教裡頭沒有迷信,佛、菩薩、阿羅漢不是神仙,與神仙不相干。我們一定要把它搞清楚搞明白,不至於走錯路。走錯路的人可多了,有跟我十幾年、二十幾年,有人告訴我,他現在改信道教,改信其他宗教了。這什麼原因?在佛法講叫沒有善根。所以善根要珍惜,善要有根,他就不會動搖;沒有善根,雖然學了十幾二十年,不是真學,沒有悟處,名聞利養沒放下,禁不起環境的誘惑。財色名食睡,佛叫它地獄五條根,不是假的。什麼叫修行?修行就是教你把環境認識清楚。我們六根所接觸的境界,眼見色,耳聞聲,鼻嗅香,舌嘗味,六根對六塵,清清楚楚明明白白,這叫慧。佛告訴我們,不但六塵是假的,六根也不是真的,教給我們要放下,徹底放下。放下,真心就現前,妄的斷乾淨了,真的就現前了。

文摘恭錄 淨土大經科註(第四回)  (第四三八集)  2017/5/14





 
 
Hadirin sekalian tentunya mengenal Master Huineng (guru sesepuh Aliran Zen ke-6), Sesepuh ke-6 Aliran Dhyana ini hidup pada masa Dinasti Tang, tidak mengenal aksara, tidak pernah bersekolah, orang desa, mencari kayu di hutan lalu menjualnya untuk menafkahi keluarga, kehidupannya serba susah. Pekerjaan seperti ini masih ada sebelum pecahnya perang melawan penjajahan, setelah itu sudah tidak ada lagi yang menggeluti bidang pekerjaan sedemikian rupa, apalagi jaman sekarang ini, bahkan desa petani saja sudah dialiri listrik, mana ada orang yang memakai kayu bakar lagi.

Suatu hari Huineng mendengar ada orang yang membaca Sutra Intan, waktu itu dia baru saja selesai menjual kayu bakar dan bermaksud membeli makanan untuk dibawa pulang. Tanpa sengaja mendengar ada orang membaca Sutra Intan, semakin mendengar semakin terkesan, setelah praktisi itu selesai membaca sutra, Huineng bertanya padanya, sutra apa yang anda bacakan tadi?

Praktisi itu melihat sosok Huineng meskipun seorang penjual kayu bakar, namun begitu mendengar Ajaran Mahayana, langsung tertarik dan paham, hal ini membuat si praktisi jadi tercengang, dia berpikir bahwa Huineng adalah insan berbakat, harus mengerahkan segenap kemampuan untuk mendukungnya, sehingga menasehati Huineng pergi ke Vihara Huangmei untuk belajar pada Sesepuh ke-5, Master Hongren.  

Tetapi Huineng terpikir akan ibunda-nya seorang diri di rumah, siapa yang mencari nafkah, praktisi ini kemudian memberinya sejumlah uang supaya ibunda-nya bisa hidup mandiri, selain itu praktisi ini juga menjaga ibunda-nya. Dengan demikian barulah Huineng bisa dengan tenang pergi meninggalkan keduniawian.

Huineng sampai di Vihara Huangmei, di sana dia tinggal selama 8 bulan, itu adalah vihara yang diketuai Sesepuh ke-5. Huineng tidak pernah memasuki ruang ceramah maupun ruang meditasi.  

Pertama kali Huineng menginjakkan kaki di Vihara Huangmei, dia bertemu dengan Sesepuh ke-5, percakapan mereka tidak panjang, di dalam “Sutra Altar”  ada tercatat, hanya tanya jawab yang singkat, lalu menempatkannya di ruang dapur dan ditugaskan menumbuk padi dan membelah kayu bakar. Berapa lama Huineng menetap di sana? 8 bulan.

Selama 8 bulan dia cuma pernah bertemu Sesepuh ke-5 sebanyak tiga kali saja, kemudian Sesepuh ke-5 mewariskan jubah dan patra kepadanya. Dalam pandangan sebagian besar penghuni vihara, Huineng itu bukan siapa-siapa, kenapa malah begitu mudah dan gampangnya bisa memperoleh warisan jubah dan patra Sesepuh ke-5? Apa mungkin Sesepuh ke-5 sudah pikun atau malah dikelabuinya? Maka itu keesokan harinya, beramai-ramai melakukan melakukan pengejaran ke seluruh pelosok, hendak merebut kembali jubah dan patra tersebut.

Sesungguhnya Huineng memang telah mencapai pencerahan dan merupakan Sesepuh ke-6 yang sah. Dibawah bimbingan Sesepuh ke-5 selama 8 bulan lamanya, dia masih belum tercerahkan, kekotoran batin dan tabiatnya belum dibersihkan secara menyeluruh, maka itu Sesepuh ke-5 membiarkannya melatih diri di sana selama 8 bulan, akhirnya meraih keberhasilan.  

Begitu waktunya tiba, Sesepuh ke-5 mengumumkan niatnya mencari pewaris, menyuruh setiap muridnya menulis sebait gatha. Shenxiu menulis sebait gatha : “Tubuh adalah Pohon Bodhi, hati laksana cermin terang berbingkai, setiap saat rajin menyekanya, jangan sampai dikotori debu”.

Shenxiu merupakan murid paling senior, di hati setiap orang, telah memperkirakan bahwa begitu Sesepuh ke-5 wafat, penerusnya pasti adalah Shenxiu, Shenxiu pasti menjadi Sesepuh ke-6. Tetapi siapa yang menduga takdir berkata lain, jubah dan patra malah diambil oleh orang yang tiada hubungannya.

Shenxiu ikhlas dan mengaku kalah, dia jelas bahwa kemampuannya tak sebanding dengan Huineng, mengetahui bahwa Huineng telah mencapai pencerahan, selain itu Huineng juga memiliki etika moral yang tinggi.  

Setelah mencapai pencerahan, baik Dharma duniawi maupun Dharma non duniawi, semuanya ini dapat dipahami dengan bebas tanpa rintangan, anda tanya apa saja, dia mampu menjawabnya.  

Huineng bersembunyi selama 15 tahun di dalam kelompok pemburu, sampai akhirnya orang-orang yang mengejarnya sudah melupakan peristiwa masa silam, barulah dia keluar dan muncul di depan umum, kemudian khalayak ramai barulah mengetahui bahwa Huineng telah mencapai pencerahan.

Ini adalah sebuah perumpamaan, hanya setelah mencapai pencerahan, menemukan kembali jiwa sejati, barulah dapat menceramahkan Dharma.

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 14 Mei 2017

惠能大師諸位都知道,唐朝的時候禪宗第六代的祖師,不認識字,沒有念過書,鄉下人,砍柴賣勞力養家的,生活非常清苦。這個行業抗戰時候還有,抗戰之後沒有了,現在看不到了,現在連農村都用電了,再沒有人到山上砍柴了。他聽《金剛經》,偶然的機會,挑一擔柴在街上賣掉了,拿著錢想買一點糧食回家去。無意當中聽到有人在念經,他愈聽愈有味道,等他念完了,他進門向他請教,你念的是什麼?這個人一看,這是個賣柴的樵夫,跟他一談,他對大乘佛法一聽就懂,一說他就明瞭,他感到非常驚訝,這是佛門的人才,全心全力成就他,勸他到黃梅五祖門下去參學。他家裡還有個母親靠他生活,這個人給了他十兩銀子,那就很多錢了,給他做安家費,替他照顧他母親。老母親有人照顧,他放心了。

他到黃梅,在黃梅住八個月,那是五祖的道場,講堂他沒去過,禪堂也沒去過。五祖看到他,問答不長,《壇經》上都有記載,只有幾句話的問答,就把他放在碓房裡舂米破柴,幹他的老本行。住多久?八個月。他八個月跟五祖只見過三次面,五祖把衣缽就傳給他了。跟他多少年的不服,在一般人眼光去看他算什麼,怎麼輕而易舉,老和尚衣缽給他了?是不是老和尚糊塗了,老和尚被他迷了?天下哪有這種事情?所以第二天到處去找,想把衣缽搶回來。

他是真的第六代祖,真的開悟了。開悟了,在五祖會下八個月,還有煩惱習氣沒斷乾淨,煩惱沒有了,還有煩惱習氣,所以讓他在那裡練,練八個月,成就了。這才邀集大眾宣布要傳位,讓每個人寫一首偈來給他看。神秀大師寫了一首偈,「身是菩提樹,心如明鏡台,時時勤拂拭,勿使惹塵埃」。神秀是大弟子,大家心目當中,五祖走了,神秀是第六祖。沒有想到,衣缽給一個不相干的人拿去了。神秀服,神秀知道不如他,知道他真正開悟了,真正有德行。悟了之後,世出世間一切法通達無礙,你向他去請教,他講給你聽。獵人隊裡躲了十五年,大眾把這個事情淡忘了,他才出來,出來之後大家才知道,真悟了。這是個例子,唯有大徹大悟,明心見性,才能傳法。

文摘恭錄 淨土大經科註(第四回)  (第四三八集)  2017/5/14