Sabtu, 30 Desember 2017

Pendidikan Hukum Karma 07


Pendidikan Hukum Karma Menyelamatkan Hati Manusia
Bagian 7

Di dalam Yijing (salah satu dari lima klasik Konfusius), tercantum : “Keluarga yang menimbun kebajikan, pasti memiliki berkah berlimpah yang dapat diwariskan kepada anak cucunya; sebaliknya keluarga yang menumpuk kejahatan, pasti ada petaka yang menimpa hingga ke anak cucunya”.

Artinya adalah keluarga yang menimbun kebajikan, memiliki berkah yang berlimpah, sehingga keturunannya ikut menikmati pahala; sedangkan keluarga yang mengakumulasi kejahatan, akan banyak dosanya, sehingga keturunannya ikut ditimpa petaka.

Ucapan ini merupakan bukti dari benih sebab yang kecil menghasilkan buah akibat yang besar. Master Yin Guang berkata, oleh karena ada berkah berlimpah dan dosa yang banyak, maka tentunya ada berkah utama dan dosa utama. Berkah utama maksudnya yang dinikmati oleh si pelaku sendiri, sedangkan berkah berlimpah adalah karma baiknya melindungi anak cucunya sehingga mereka memperoleh berkah, ini merupakan sisa yang berlebih dari karma baiknya; dosa utama maksudnya adalah balasan yang diterima oleh si pelaku sendiri, namun balasan ini juga ikut menyeret anak cucunya sehingga keturunannya ikut menderita, ini merupakan sisa balasan dari karma buruknya.   

Kita masih perlu memahami, bukan hanya benih sebab kecil menghasilkan buah akibat besar, lagi pula, buah akibat yang masak bila diulur-ulur waktunya, kian ditunda kian lama, maka levelnya itu akan berubah jadi kian berat. Ini seperti hutang yang sudah jatuh tempo, tapi malah tidak sudi dilunasi, sengaja diulur-ulur waktunya, sementara bunga kian hari kian menumpuk.

Maka itu setelah melakukan karma buruk, harus segera bertobat, segera menimbun kebajikan, memperlemah level beratnya karma buruk, bahkan sedini mungkin menerima balasan (dosa berat tapi ringan balasannya), barulah kelak di kemudian hari, anda tak perlu lagi menjalani siksaan balasan ini.

Di dalam Ajaran Buddha ada sebuah kalimat : “Bodhisattva takut pada benih sebab, orang awam takut pada buah akibat”. Bodhisattva memahami kebenaran bahwa benih sebab kecil menghasilkan buah akibat besar, mengetahui bahwa menciptakan benih karma buruk, buah akibatnya kelak akan sungguh mengerikan! Maka itu akan meningkatkan mawas diri dan sangat berhati-hati, takkan berani menciptakan benih karma buruk.   

Mengenai akibat karma buruk, Bodhisattva mengetahui bahwa ini adalah hasil perbuatannya di masa kelahiran lampau, setelah menerima dan menjalaninya, maka tuntaslah sudah, takkan menakutkan, maka itu Bodhisattva dapat dengan hati yang tenang menerima dan menjalani balasan karmanya, takkan karena ini sehingga timbul beban pikiran.  

Inilah yang disebut sebagai “Menuruti jodoh mengeliminasi karma lama, takkan lagi menciptakan karma baru”, dengan menuruti jodoh apa adanya, sehingga karma lama jadi tuntas, takkan menciptakan karma baru, kelak tidak usah menerima balasan karma baru lagi.

Orang awam memiliki pemikiran yang sesat, hanya tahu balasan karma buruk akan sungguh mengerikan, sehingga berupaya keras untuk menghindari terjadinya balasan karma, justru tidak mengetahui bahwa dengan menghentikan karma buruk barulah dapat menghindari balasan karma.

Ketika dia menerima balasan karma buruk, di dalam hatinya tidak ikhlas dan jadi beban pikiran; demi melepaskan diri dari balasan ini, tega merugikan orang lain untuk menguntungkan diri sendiri, menciptakan lagi beragam karma buruk.

Dia melihat pelaku kejahatan justru tidak mendapatkan balasan, maka itu dia jadi tidak takut melakukan kejahatan. Sekarang dia meneruskan perbuatan jahatnya, kelak akibat yang akan diterimanya adalah sungguh mengerikan! Inilah yang dikatakan oleh Sang Buddha sebagai “Orang yang patut dikasihani”.

Oleh karena tidak memahami Sebab Akibat, orang awam tidak berhenti timbul beban pikiran, menciptakan karma, mengalami kesengsaraan, ketika mengalami penderitaan timbul lagi beban pikiran, lalu menciptakan karma buruk lagi, mengalami derita.....................demikianlah berputar di dalam lautan samsara yang penuh derita, tiada usai dan habis-habisnya!

Dipetik dari Ceramah Master Chin Kung
Tanggal : 1 April 2016
Bertempat di :  Hong Kong Airport AsiaWorld-Expo
Kode Artikel : 32-137-0001


因果教育挽救人心
()

《易經.繫辭傳》說:「積善之家,必有餘慶;積不善之家,必有餘殃。」意思是說,積累善行的家族,會有多餘的恩澤,使後代也承受福報;積累惡行的家族,會有多餘的罪惡,使後世也遭受災殃。這段話就是因小果大的一個明證。印光大師說,既然有餘慶、餘殃,那就一定有本慶、本殃。本慶是積善的人自己享受善業的果報,餘慶是他的善業庇廕子孫得福,這是他善業的餘報;本殃是積惡的人自己承受惡業的果報,餘殃是他的惡業連累子孫受苦,這是他惡業的餘報。

我們還要了解,不但因小果大,而且,果報到來的時間愈拖愈久,程度就變得愈嚴重。這好像債務拖欠得愈久,利息就愈多是一樣的。所以,造了惡業之後,要趕快懺悔,趕快勤修善業,把惡業的嚴重程度削弱,甚至提早報掉(重罪輕報),你日後才不會遭受嚴重的苦報。

佛門有句話說:「菩薩畏因,凡夫畏果。」菩薩是明白人,了解因小果大的道理,知道造惡因之後,未來的果報非常可怕!所以會非常謹慎小心,不敢造惡因。至於惡報,菩薩知道那是自己過去生中造作惡業所產生的,受過之後就報掉了,並不可怕,所以菩薩能夠安心接受果報,不會因此而生起煩惱。這就是「隨緣消舊業,更不造新殃」,隨緣讓舊的惡業報掉,不造新的惡業,以後就不用遭受新的惡報。

凡夫迷惑顛倒,只知道惡報很可怕,努力想避免惡報,卻不知道停止造惡才能真正避免惡報。當他受到惡報的時候,內心生起煩惱;為了脫離惡報,不惜損人利己,造作種種惡業。他看到現在造了惡業之後,還沒有馬上得到什麼不好的結果,所以就不怕造惡業。現在他繼續造作惡業,以後他的下場就非常可怕!這就是佛菩薩所說的「可憐憫者」。由於不明因果,凡夫不斷起煩惱、造業、受苦,受苦之後又起煩惱,然後又是造業、受苦……如此在生死苦海當中輪轉,沒完沒了!

文摘恭錄 :
因果教育挽救人心—二O一六年清明祭祖法會談話  (共一集)  2016/4/1  香港機場亞洲博覽館  檔名:32-137-0001